Konten [Tampil]
Hai, teman Journey!
Apakah teman Journey pernah mendengar Generasi Strawberry? Jujur saja, pertama kali mendengar Gen Strawberry, baru di awal tahun 2023 lalu. Saat itu, santer-santernya webinar online tentang Gen Strawberry ini. Ah, gen apalagi ini? Penamaan gen-gen sebelumnya saja belum semua aku paham.
Namun, berdasarkan tajuk-tajuk dari flyer webinar, nampaknya generasi ini merupakan generasi yang patut diberi perhatian lebih. Hmmm… kenapa ya?
Bebrapa hari lalu, aku menemukan tontonan menarik dalam Channel Youtube Kampung Maghfirah bersama Bunda Elly Risman dalam acara NGAPAR (Ngaji Parenting Ramadhan). Ngaji Parenting Ramadhan yang diadakan 9 bulan lalu itu membahas cara mendidik Generasi Strawberry.
Hem... tajuk satu ini akhirnya mengetuk hatiku juga untuk mempelajari apa itu Gen Strawberry? Menggapa Gen Strawberry patut diwaspadai? Begini kata Bunda Elly Risman, simak sampai habis yuk!
Apa itu Gen Strawberry?
Generasi Strawberry pertama kali dikenalkan oleh Prof. Rhenald Kasali sebagai neologisme Tionghoa untuk orang Taiwan yang lahir pasca 1990, di mana gen di atas 1990 ini “gampang mengkerut” seperti strawberry. Generasi ini muncul setelah generasi milenial yaitu generasi remaja saat ini. Remaja usia beapa tahun? Dikatakan remaja artinya anak yang sudah baligh, sekitar 9 tahun ke atas.Mengapa Strawberry?
Strawberry digambarkan sebagai buah yang indah, lucu, dan menarik, sayangnya buah ini mudah sekali mengekerut dan hancur ketika terkena tekanan. Bisa dikatakan Strawberry Generation adalah generasi selunak strawberry yan tak tahan tekanan sosial.
Menurut Prof Rhenald Kasali, Strawberry Generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif karena digital membuat mereka memuat banyak informasi, tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.
Definisi ini dapat kita lhat melalui laman-laman sosial media di mana begitu banyak gagasan-gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda masa kini, sekaligus pula juga tidak kalah banyak cuitan resah penggamabaran suasana hati yang dirasakan oleh mereka. Salah satu cuitan yang bunda Elly Risman contoh kan adalah sebagai berikut :
materi NGAPAR oleh Bunda Elly Risman |
Dalam sebuah jurnal disebutkan bahwa buah Strawberry adalah buah semu yang artinya bukan buah sebenarnya. Begitu juga dengan generasi Strawberry, mental Strawberry adalah mental semu yang bukan sebenarnya dimiliki oleh generasi Z atau generasi muda. Sebaliknya, generasi yang hebar adalah generasi yang selalu memiliki mindset positif terhadap masa depan.
Ya, Prof. Rhenald percaya bahwa sebenarnya generasi Strawberru ini memiliki mindset positif. Sebagai orang tua yang wajib kita yakini adalah percaya dan yakin terlebih dahulu anak kita memiliki mindset positif dan jiwa yang kuat.
Lalu mengapa Gen Strawberry dikatakan rapuh?
Bunda Elly Risman mengibaratkan ke dalam falsafah menggenggam air, yaitu ketika tangan kita menengadah, kemudian diberikan kucuran air, apakah kita bisa menggenggam air itu? Sudah pasti tidak bisa, air keluar melalu celah-celah jari dan telapk tangan. Tidak ada air yang bisa kita genggam.
Bergitu pula dengan jiwa dan emosi kita yang merupakan air dari dalam tubuh kita. Air tidak mungkin kita genggam, dia keluar melalui ekspresi atau bahasa tubuh. Secara sengaja atau tidak, bahasa tubuh yang kita keluarkan, sangat memengaruhi atau berefek terhadap jiwa anak kita.
Nah, ini salah satu yang seringkali aku rasakan. Beberapa kali aku perhatikan, emosi yang keluar dari anakku adalah bagaimana mereka membaca ekspresi dan bahasa tubuh kita. Misalnya saja, ketika mereka membuat suatu kesalahan kecil, tetapi berhasil memancing emosiku sehingga aku berekspresi marah, mereka langsung mengeluarkan emosi yang serupa. Sebaliknya, ketika aku berpura-pura marah lalu tersenyum, mereka akan memberikan feedback yang berbeda. Mereka tersenyum, kemudian meminta maaf.
Begitulah falsafah menggenggam air di dalam tubuh kita, seharusnya kita bisa mengendalikannya, agar tidak memancarkannya ke dalam ekspresi dan bahasa tubuh kita.
Jika teman Journey menjawab siap menikah dan menjadi orang tua, coba tanyakan kembali siapkah menjadi orang tua? Bagaimana parameter kesiapan menjadi orang tua?
Menurut Bunda Elly Risman, yang dimaksud siap menjadi orang tua adalah:
Renungkan kembali, benarkah kita siap menjadi orang tua? Pertanyaan selanjutnya adalah tipe orang tua yang manakah kita?
- Kakek- nenek
- Suster
- Day care atau sejenisnya
Hal itu bisa menentukan, apakah anak kita akan menjadi Gen Strawberry atau tidak. Perlu diingat pula, kakek nenek tidak didesain Allah untuk menjadi pengasuh.
Berikut ini adalah kekeliruan dalam komunikasi yang patut kita waspadai :
Ya, Prof. Rhenald percaya bahwa sebenarnya generasi Strawberru ini memiliki mindset positif. Sebagai orang tua yang wajib kita yakini adalah percaya dan yakin terlebih dahulu anak kita memiliki mindset positif dan jiwa yang kuat.
Lalu mengapa Gen Strawberry dikatakan rapuh?
Bunda Elly Risman mengibaratkan ke dalam falsafah menggenggam air, yaitu ketika tangan kita menengadah, kemudian diberikan kucuran air, apakah kita bisa menggenggam air itu? Sudah pasti tidak bisa, air keluar melalu celah-celah jari dan telapk tangan. Tidak ada air yang bisa kita genggam.
Bergitu pula dengan jiwa dan emosi kita yang merupakan air dari dalam tubuh kita. Air tidak mungkin kita genggam, dia keluar melalui ekspresi atau bahasa tubuh. Secara sengaja atau tidak, bahasa tubuh yang kita keluarkan, sangat memengaruhi atau berefek terhadap jiwa anak kita.
Nah, ini salah satu yang seringkali aku rasakan. Beberapa kali aku perhatikan, emosi yang keluar dari anakku adalah bagaimana mereka membaca ekspresi dan bahasa tubuh kita. Misalnya saja, ketika mereka membuat suatu kesalahan kecil, tetapi berhasil memancing emosiku sehingga aku berekspresi marah, mereka langsung mengeluarkan emosi yang serupa. Sebaliknya, ketika aku berpura-pura marah lalu tersenyum, mereka akan memberikan feedback yang berbeda. Mereka tersenyum, kemudian meminta maaf.
Begitulah falsafah menggenggam air di dalam tubuh kita, seharusnya kita bisa mengendalikannya, agar tidak memancarkannya ke dalam ekspresi dan bahasa tubuh kita.
Mengukur Kesiapan Menjadi Orang Tua dan Type Orang Tua
Sebelum kita membicarakan bagaimana mendidik Gen Strawberry lebih dahulu kita tanyakan pada diri, bagaimana kesiapan kita menjadi orang tua saat sebelum menikah? Apakah saat sebelum menikah, kita hanya siap menikah saja atau menikah dan menjadi orang tuaMenikah saja?Jika jawabannya adalah kita siap untuk menikah saja, bayangkan ketika tiba-tiba kita dikarauniai anak, kemudian mendadak menjadi orang tua, selanjutnya tiba-tiba berada di dunia digital. Kira-kira bagaimana kesiapan kita?
Menikah dan menjadi orang tua?
Jika teman Journey menjawab siap menikah dan menjadi orang tua, coba tanyakan kembali siapkah menjadi orang tua? Bagaimana parameter kesiapan menjadi orang tua?
Menurut Bunda Elly Risman, yang dimaksud siap menjadi orang tua adalah:
- Mengenali diri sendiri dan pengaruh pengasuhan masa lalu terhadap kemampuan kita menjadi orang tua
- Apakah kita disiapkan oleh orang tua untuk menjadi orang tua?
- Sungguh-sungguh belajar parenting/psikolgi
- Mengenali kesiapan dan kemampuan pasangan menjadi orang tua
Renungkan kembali, benarkah kita siap menjadi orang tua? Pertanyaan selanjutnya adalah tipe orang tua yang manakah kita?
Ayah bekerja - ibu di rumah? atauApabila teman Journey adalah tipe orang tua yang Ayah-Ibu bekerja, lalu siapakah yang mengasuh anak teman Journey?
Ayah ibu bekerja?
- Kakek- nenek
- Suster
- Day care atau sejenisnya
Hal itu bisa menentukan, apakah anak kita akan menjadi Gen Strawberry atau tidak. Perlu diingat pula, kakek nenek tidak didesain Allah untuk menjadi pengasuh.
“Anak-anak Strawberry yang berayah ada, ayah tiada. Ber-Ibu ada, ber- Ibu tiada!”
Faktor Penyebab dan Cara Mendidik Gen Strawberry
Komunikasi adalah pangkal masalah emosi dari Gen Strawberry. Kekeliruan dalam berkomunikasi inilah yang menyebabkan kita sulit mengelola emosi Gen Strawberry. Artinya, cara komunikasi atau cara bicara kita yang keliru sebagai orang tua dapat membahayakan serta membentuk Gen Strawberry.Berikut ini adalah kekeliruan dalam komunikasi yang patut kita waspadai :
1. Terburu-buru Dalam Berbicara
Seringkali sebagai orang tua kita terburu-buru dalam berbicara kepada anak. Oleh karena itu, agar tidak terburu-buru yang perlu kita lakukan adalah persiapan. Gunakanlah teknik BMM, yaitu biarkan anak berpikir, memilih, dan mengambil keputusan.berpikir, memilih, mengambil keputusan
Misalnya, tanyakan kepada anak kita mau makan bekal apa, kemudian ajak ia berbelanja untuk bekalnya, biarkan ia memilih dan mengambil keputusan. Agar ia bisa bertanggung jawab pula terhadap keputusan dan pilihannya, tidak mudah menyalahkan orang lain.
“Jangan kau gesa gesakan anakmu ketika dia kecil karena kau akan mendapatkan orang dewasa yang ke kanak-kanakan
2. Nada Bicara Tinggi
Seberapa sering kita meninggikan nada bicara kita saat berbicara kepada anak? Nada bicara yang tinggi, seringkali memancing emosi anak-anak kita. Mungkin yang kita lihat mereka hanya terdiam mendengarkan, namun jauh di dalam diri mereka menahan semuanya. Oleh karena itu, sebagai orang tua perlunya menurunkan nada bicara.Bagaimana cara menurukan nada bicara kita, terlebih saat kita sendiri emosi?
Nah, yang perlu kita lakukan adalah :
Nah, yang perlu kita lakukan adalah :
- Tarik nafas panjang minimal 3 kali, lepaskan pelan-pelan
- Mulailah dengan senyuman
- Siapkan mental menghadapi berbagai tingkah yang akan dilakukan anak kita
- Jangan lupa, buatlah aturan dan beri konsekuensi yang logis dan alamiah
Seringkali kita lupa membuat aturan dan konsekuensi yang logis dan alamiah yang harus diterapkan untuk anak-anak kita. Kita hanya meneriaki mereka dengan berbagai macam omelan. Jadi perlukah kita berteriak?
3. Tidak Membaca Bahasa Tubuh dan Mendengar Perasaan
Tak jarang kita luput membaca bahasa tubuh anak-anak kita. Abai membaca ekspresi dan menebak perasaan mereka. Padahal bahasa tubuh, ekspresi, tidak pernah berbohong. Melalui bahasa tubuh dan ekspresi yang mereka keluarkan, kita bisa mengetahui apa sebenarnya yang mereka rasakan. Oleh karenanya, mulailah sebanyak-banyaknya membaca bahasa tubuh buah hati kita yang dia tidak meminta untuk dilahirkan ke dunia.
Bagaimana caranya membaca bahasa tubuh dan ekspresi mereka?
- Sebutkan saja apa yang nampak dari bahasa tubuh dan ekspresi mereka. Misalnya, "Ya Allah, anak Ibu mukanya sudah mengkerut aja. Lihat tuh, dahinya mengkerut, alisnya sampai nempel, bibirnya manyun, dsb?"
- Kemudian, sabar tunggu reaksi mereka setelah kita menyebutkan bahasa tubuh mereka.
- Tebak perasaan yang mewakili & mendekati bahasa tubuh. Misalnya, adek marah ya?
- Beri nama perasaan mereka.
- Lalu, yang terakhir adalah menerima perasaan mereka.
Perasaan itu perlu 3D : Dikenali, Diterima, Dihargai
4. Menggunakan 12 Gaya Populer Komunikasi
Berdasarkan penelitian terdapat 48 gaya populer komunikasi di seluruh dunia. Di Indonesia, yang sering digunakan adalah 12 gaya populer, apa saja?1. Memerintah
2. Menyalahkan
3. Meremehkan
4. Membandingkan
5. Mencap/ label
6. Mengancam
7. Menasehati
8. Membohongi
9. Menghibur
10. Mengeritik
11. Menyindir
12. Menganalisa
2. Menyalahkan
3. Meremehkan
4. Membandingkan
5. Mencap/ label
6. Mengancam
7. Menasehati
8. Membohongi
9. Menghibur
10. Mengeritik
11. Menyindir
12. Menganalisa
Dari 12 gaya populer, berapakah gaya yang kita terapkan terhadap anak kita? Kalau aku, sepertinya hampir semuanya :'(
Akibat perlakukan gaya populer tersebut, pikiran danp erasaan anak-anak sudah terasa penuh dan sumpek. Bisa dibayangkan mengapa mereka menjadi Generasi Strawberry? Yang senggol sedikit saja berdarah?
Kalau Strawberry, yang keluar dari jiwa anak kita adalah berdarah putih yang tak tampak warnanya tapi dia mengalir terus melalui wajahnya. Sudah berapa lama seperti itu? Berapa usianya sekarang?
Berdasarkan ilustrasi di atas, mari tuliskan dalam kertas, termasuk yang manakah jiwa anak kita? Jiwa yang kencang atau kempot? Apa yang sudah kita produksi selama ini?
Sebagai orang tua, jangan takut untuk memuji, agar anak kita memiliki jiwa yang kencang. Pujilah anak-anak kita pada tempat dan waktunya. Sehingga kata-kata yang masuk dalam dirinya adalah pujian.
Banyak orangtua yang memiliki jiwa kempot akibat pengasuhan masa lalu, yang kemudian berakibat menurun pada anaknya, dan anakanya inilah yang memiliki jiwa generasi strawberry. Di mana, sang anak hidup di dunia digital.
Kencangnya kendi tadi, bisa kita sebut konsep diri (self concept). Yuk, kita analisa bagaimana konsep diri anak kita? Termasuk yang kencang atau kempot?
Kencangnya kendi tadi, bisa kita sebut konsep diri (self concept). Yuk, kita analisa bagaimana konsep diri anak kita? Termasuk yang kencang atau kempot?
Dari situ, dia juga akan menentukan bagaimana ia melihat dirinya (self image), berharga atau tidak berharga? Yang kemudian akan mengundang kepercayaan diri (self confident) mereka. Jika mereka memiliki jiwa kempot: di depan Ayah-Ibu kandunganya saja dia merasa tidak berharga, itulah kenapa dia mencari pelukan lain di luar.
Ketika Ayah dan Ibunya tidak hadir, yang hadir diantara mereka adalah gadget.hidup di dunia digital banyak hal yang dapat mereka ambil. Termasuk di dalamnya adalah pornografi.
Berdasarkan penilitian ilmiah yang menggunakan MRI, untuk memeriksa otak-otak anak yang kecanduan pornografi, dr. Prof Prawiro Harjo menganalisis bahwa di Jepang fungsi otak susuk sekitar 10%. Saat itu, Bunda Elli Risman yang mendengat hal tersebut merasa tidak terima, dan meminta analisa lebih jauh. Hasil final menunjukan, fungsi otak susut 4,4%.
Jadi, apa yang menyebabkan otak anak kita susut? Masihkah kita menyalahkan mereka? Padahal, dari “kata-kata” yang kita dan lingkungannya lontarkan, membuat mereka menjadi generasi Strawberry yang mana bisa diremas oleh siapa saja.
5. Tidak Punya Waktu untuk Mendengar Aktif.
Kita punya satu mulut aktif untuk bicara namun tidak menggunakan aktif dua telinga untuk mendengar. Mulailah untuk mendengarkan aktif, salah satunya adalah dengan mendengarkan perasaan anak. Bagaimana caranya?
a. Jadilah Cermin
a. Jadilah Cermin
Misalnya, tebak perasaannya, kemudian dengarkan penjelasannya.
"Oh begitu? Hm... Ya Allah... terus? Sedih bener dong! Kecewa ya? Makannya kamu benar-benar marah? Maafin mama ya."
Ya, sering-seringlah meminta maaf. Kita harus merendah untuk membuka tirai-tirai yang terselubung.
b. Tanyakan pendapatnya
c. Hargai dan mulai diskusikan
d. Bahas bersama kemudian ambil keputusan
c. Terapkan
d. Evaluasi lagi
e. Kemudian, rencanakan ulang
Penutup
Bagaimana, apakah teman Journey sudah bisa menemukan akar terciptanya generasi Strawberry? Yups, sesungguhnya mereka tercipta rapuh, mudah menyerah dan sakit hati, justru karena pengasuhan kita sendiri. Yuk, mulai membenahi diri dan jika kita adalah korban pengasuhan masa lalu, mulailah memerdekakan diri kita dahulu. Memaafkan diri kita, memaafkan mereka dan mintalah ampunan untuk mereka. Terapilah dengan melibarkan Allah. Kata Bunda Elly Risman, kita harus yakin kalau kita bisa memerdekakan diri kita sendiri. Dengan begitu, kita bisa memutus rantai pengasuhan yang salah, yang bisa berdampak lebih berbahaya untuk anak-anak kita. Buatlah mereka penting dan berharga. Bismillah, semoga cara mendidik generasi Strawberry oleh Bunda Elly Risman ini mampu menciptakan Generasi Strawberry yang pintar, tetapi tidak mudah menyerah dan sakit hati.
Post a Comment
Post a Comment